Printed Book
Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF
Jatuhnya Baht Thailand 2 Juli 1997 merupakan awal krisis ekonomi Asia terdahsyat, yang ibarat kartu domino, mengempur Thailand, Malaysia, Filipina, Indonesia, Bahkan Russia dan Amerika Latin pun terkena imbasnya.
Pemerintahan Suharto, tanggal 31 Oktober 1997 akhirnya menyerah dan menandatangani Lol pertama dengan Mr. Camdesus dari IMF. Kerjasama ini merupakan awal dari resesi berkepanjangan. Selama 7 tahun menjadi "pasien" IMF, Indonesia mengadopsi resep-resep dan paket bantuan IMF (1997-2003) yang meliputi deregulasi, penurunan tarif, dan privatisasi besar-besaran di berbagai sektor.
Banyak kritik tajam diarahkan pada IMF. Yang paling keras tentulah datang dari Menteri Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas waktu itu, Kwik Kian Gie, yang berkali-kali berteriak, "lunasi sekarang juga dan say good bye". Pernyataan yang sangat nasionalis ini seperti dianggap angin lalu, karena dikhawatirkan bisa mendatangkan badai susulan.
Pada tahun 2003, pemerintah memutuskan untuk menempuh Post Program Monitoring (PPM). Dengan program ini pemerintah tidak lagi mendapat pinjaman dari IMF, tidak mendapat fasilitas penjadualan ulang dari Paris Club dan utang pemerintah pada IMF bisa dilunasi sampai tahun 2010.
KedaTIIatan bangsa untuk dengan kepala tegak berhadapan dengan dunia luar adalah salah satu cita-cita kita. Apakah pemerintahan barM SBY-Kalla, akan membuka lagi dialog dengan IMF, rela menjadi "kelinl percobaan" mengikuti jejak pemerintahan-pemerintahan terdahulu rasanya, tujuh tahun menjadi 'pasien IMF' sudah lebih dari cukup
9199c1 | 332.112 HAD s C.01 | Perpustakaan Labschool Jakarta (Rak Sir 3) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain